Rahasia Aliran dalam Agama Buddha Yang Jarang Diketahui

Rahasia Aliran dalam Agama Buddha Yang Jarang Diketahui

Assalamualaikum para pembaca setia. Tahukah kamu bahwa agama Buddha memiliki banyak aliran yang berbeda? Meskipun terkadang disebut sebagai suatu agama dengan keyakinan yang sama, namun sebenarnya terdiri dari berbagai pandangan dan praktik yang terpisah. Di dalam artikel ini, kita akan membahas rahasia dari beberapa aliran dalam agama Buddha yang mungkin belum kamu ketahui. Bersiap-siaplah untuk menemukan pengetahuan baru yang menarik!

Aliran dalam Agama Buddha

Agama Buddha bukan hanya tentang memahami ajaran, tetapi juga mengenal aliran dan perbedaannya. Aliran-aliran dalam agama Buddha bermula dari pengajaran Buddha sendiri dan terus berkembang sejak ratusan tahun lalu. Artikel ini akan menjelaskan pengertian aliran dalam agama Buddha, jenis-jenis aliran, serta perbedaan mendasar di antara aliran-aliran tersebut.

Pengertian Aliran dalam Agama Buddha

Aliran dalam agama Buddha dapat diartikan sebagai golongan atau kelompok pemahaman dan praktik keagamaan yang berbeda-beda. Aliran-aliran ini terbentuk dari interpretasi kitab suci, aliran pemikiran, dan tradisi dari pengikut Buddha yang berbeda-beda. Aliran dalam agama Buddha merupakan hal yang alami karena Buddha sendiri menyadari bahwa setiap individu mempunyai keunikan pemahaman akan ajaran beliau.

Sejarah terbentuknya aliran-aliran dalam agama Buddha bermula pada tahun-tahun setelah wafatnya Buddha ketika pengikut-pengikutnya mulai mengembangkan ajaran dan praktik keagamaan yang berbeda. Pada pertengahan abad ke-3 Sebelum Masehi, para bhikkhu (biksu) mengembangkan versi tertulis dari ajaran Buddha. Namun, mereka mengalami perbedaan interpretasi mengenai ajaran tersebut dan mempraktikkan kepercayaan-kepercayaan yang berbeda, hingga memunculkan beberapa aliran yang berbeda di seluruh dunia.

Jenis-jenis Aliran dalam Agama Buddha

Terdapat tiga jenis aliran utama dalam agama Buddha, yaitu Theravada, Mahayana, dan Vajrayana. Theravada adalah aliran tertua dan paling tradisional, dipraktikkan di Asia Selatan dan Tenggara seperti Sri Lanka, Thailand, dan Myanmar. Mahayana adalah aliran lebih modern yang dipraktikkan di Asia Timur seperti Tiongkok, Korea, dan Jepang. Sedangkan Vajrayana digunakan dalam agama Buddha Tibet.

Theravada memiliki penekanan pada pengajaran Buddha yang lebih asli dan menyediakan praktik-praktik khotbah paling eksplisit yang diucapkan oleh Buddha Shakyamuni. Theravada percaya bahwa praktik spiritual adalah tanggung jawab dan tugas individu, dan umat harus melakukan beberapa praktik untuk menghilangkan keinginan dan menghasilkan kesadaran diri.

Mahayana memiliki pandangan yang lebih inklusif dan merangkul doktrin Perayaan Bodhisattva, yaitu keyakinan bahwa semua makhluk hidup dapat menjadi Bodhisattva, yang akan mengarah ke pencerahan. Mahayana menekankan pada pemasukan Buddhisme ke dalam budaya lokal dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan spiritual generasi muda bangsa Asia.

Vajrayana memiliki ciri khas sendiri seiring dengan beberapa praktik esoteris seperti membuat persembahan yang lebih banyak dan penggunaan ritual kompleks. Vajrayana dianggap sebagai aliran tercepat untuk mencapai pencerahan mengikuti ajaran dari Guru Rinpoche atau “Master Padmasambhava”.

Perbedaan Aliran dalam Agama Buddha

Masing-masing aliran dalam agama Buddha memiliki perbedaan mendasar dalam tafsir kitab suci, ajaran, dan praktik keagamaannya. Terdapat dua kitab suci dalam agama Buddha yaitu Tipitaka dan Mahayana Sutra. Tipitaka menjadi kitab suci utama dalam agama Buddha Theravada dan Vajrayana, sedangkan Mahayana Sutra menjadi kitab suci utama dalam agama Buddha Mahayana.

Baca Juga:  Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk Kelas 6, Rahasia Sukses Siswa yang Menjadi Teladan

Perbedaan mendasar lainnya dapat ditemukan dalam ajaran agama Buddha yang sangat cenderung pada kebebasan, sehingga setiap aliran memiliki interpretasi dan penerapan yang berbeda-beda. Terdapat interpretasi yang berbeda mengenai konsep karma, nasib, dan tingkat pengetahuan.

Praktik keagamaan yang berbeda juga merupakan perbedaan mendasar antara aliran dalam agama Buddha. Terdapat perbedaan seperti meditasi, puja, mantram, serta pemujaan Buddha dan Bodhisattva. Pemujaan Buddha dalam agama Buddha Theravada dan Vajrayana lebih dikhususkan pada kisah-kisah kelahiran Buddha. Di sisi lain, agama Buddha Mahayana memuja Bodhisattva dan Buddha.

Dalam kesimpulannya, memilih aliran dalam agama Buddha yang sesuai dengan kebutuhan perlu menyeluruh melalui pemahaman yang mendalam terhadap seluruh ciri dan perbedaan mendasar dari masing-masing aliran. Dengan memiliki pemahaman yang tepat maka akan memudahkan dalam praktik keagamaan dan pembangunan spiritual.

Theravada

Aliran Theravada merupakan salah satu aliran dalam agama Buddha yang paling tua. Theravada memiliki arti “Sekte Orang-orang Tua” atau “Doktrin Orang-orang Tua”. Aliran ini fokus pada penyebaran ajaran Buddha seperti yang tertulis dalam kitab suci Pali Canon, yang diyakini sebagai ajaran yang paling orisinal dan otentik dari Buddha.

Pengertian Theravada

Theravada berasal dari kata “thērā”, yang berarti orang-orang tua dalam bahasa Pali, dan “vāda” yang berarti ajaran atau doktrin. Dengan kata lain, Theravada berarti “Doktrin Orang-orang Tua”.

Aliran Theravada pertama kali muncul di India sekitar 500 SM, setelah kematian Buddha Sakyamuni. Kemudian pada abad ke-3 SM, aliran ini menyebar ke Sri Lanka dan beberapa negara Asia Tenggara, seperti Thailand, Myanmar, dan Kamboja.

Ajaran-ajaran Theravada

Four Noble Truths dan Eightfold Path merupakan ajaran-ajaran dasar dalam aliran Theravada yang dikenal sebagai Dhamma. Four Noble Truths menjelaskan bahwa penderitaan adalah bagian dari kehidupan, dan bahwa ada cara untuk melepaskan diri dari penderitaan. Sedangkan Eightfold Path mengajarkan cara untuk mencapai pembebasan dari penderitaan, yang terdiri dari delapan tahap: Right Understanding, Right Intention, Right Speech, Right Action, Right Livelihood, Right Effort, Right Mindfulness, dan Right Concentration.

Ajaran-ajaran lain dalam aliran Theravada antara lain mengenai Karma, Reinkarnasi, dan Nirwana. Karma adalah hukum sebab-akibat dalam kehidupan, sedangkan Reinkarnasi adalah proses kelahiran ulang setelah kematian. Nirwana adalah keadaan kesadaran yang mencapai pembebasan dari siklus kelahiran-mati selamanya.

Praktik Keagamaan dalam Theravada

Salah satu praktik keagamaan yang penting dalam aliran Theravada adalah meditasi Vipassana atau meditasi Insight. Meditasi ini bertujuan untuk mengamati dan memahami aliran pikiran dan emosi yang terus berubah dalam diri sendiri. Melalui meditasi, seseorang diharapkan dapat mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang karakter sejati dari kehidupan, dan dalam prosesnya mencapai pembebasan dari siklus kelahiran-mati selamanya.

Upacara Vinaya juga merupakan praktik penting dalam aliran Theravada. Upacara ini melibatkan aturan-aturan moral yang sangat ketat, yang harus diikuti oleh para biksu dan biksuni dalam kehidupan sehari-hari mereka. Aturan-aturan ini mencakup hal-hal seperti beberapa jenis makanan yang tidak boleh dimakan, jam tidur, dan lain-lain.

Secara keseluruhan, praktik keagamaan dalam aliran Theravada melibatkan pencarian pemahaman dan pembebasan dari penderitaan, dengan cara mengikuti ajaran-ajaran Buddha dalam Pali Canon, dan melalui meditasi, upacara Vinaya, dan praktik-praktik lainnya.

Mahayana

Aliran Mahayana adalah salah satu dari tiga aliran dalam agama Buddha. Aliran ini terbentuk sekitar abad ke-1 Masehi dan menjadi sangat populer di Asia Timur seperti Tiongkok, Jepang, Korea, dan Vietnam.

Baca Juga:  Mengungkap Fakta Tersembunyi Agama Riyad Mahrez yang Tak Banyak Diketahui Publik

Pengertian Mahayana

Mahayana berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Kereta Besar”. Aliran Mahayana mengajarkan bahwa setiap orang dapat menjadi Buddha dengan membantu semua makhluk hidup. Aliran ini juga dikenal dengan sebutan “Buddhisme Besar” karena menekankan pada konsep Boddhisattva, yaitu seseorang yang bersedia untuk menunda pencerahan pribadinya demi membantu orang lain mencapai pencerahan.

Sejarah terbentuknya aliran Mahayana dapat ditelusuri dari tulisan-tulisan kuno dalam bahasa Sanskerta yang ditemukan di India dan Asia Tengah. Di antara tulisan-tulisan tersebut termasuk Perfection of Wisdom dan Lotus Sutra. Teks-teks ini mengajarkan konsep-konsep bahwa Buddha bukan hanya mencoba untuk mencapai pencerahan bagi dirinya sendiri, tetapi juga berusaha untuk membantu semua makhluk hidup mencapai pencerahan. Konsep ini kemudian menjadi dasar dari ajaran-ajaran aliran Mahayana.

Ajaran-ajaran Mahayana

Ajaran-ajaran aliran Mahayana mencakup banyak konsep, tetapi salah satu konsep utamanya adalah Boddhisattva. Seorang Boddhisattva adalah seseorang yang telah mencapai kesadaran Buddha dan memiliki keinginan kuat untuk membantu semua makhluk hidup agar tidak menderita dan mencapai pencerahan. Boddhisattva mendapatkan kebahagiaan dari membantu orang lain daripada mencari kebahagiaan bagi dirinya sendiri.

Sunyata adalah konsep penting lainnya dalam aliran Mahayana. Konsep ini mengajarkan bahwa semua fenomena tidak memiliki keberadaan yang sebenarnya atau permanen. Segala sesuatu terus berubah dan tidak memiliki esensi yang jelas atau otonom. Konsep Sunyata ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang keterikatan pada dunia dan dukungan untuk membantu semua makhluk hidup mencapai pencerahan.

Terdapat beberapa ajaran lain dalam aliran Mahayana, di antaranya: Prajnaparamita, Amitabha Buddha, Avalokitesvara, Samantabhadra, dan MahaKasyapa. Masing-masing ajaran menekankan pemahaman yang berbeda tentang konsep-konsep dalam agama Buddha.

Praktik Keagamaan dalam Mahayana

Praktik keagamaan dalam aliran Mahayana melibatkan meditasi Zen, upacara Puja, chanting, dan kegiatan sosial lainnya. Meditasi Zen adalah teknik meditasi yang sangat penting dalam aliran Mahayana yang mendorong pemahaman mendalam tentang Sunyata. Upacara Puja adalah upacara ritual yang melibatkan persembahan dan penghormatan terhadap Buddha dan Boddhisattva. Chanting adalah kegiatan nyanyian doa-doa untuk membantu menciptakan suasana yang tenang dan kedamaian dalam diri pemeluknya.

Aliran Mahayana juga menekankan pentingnya kegiatan sosial dalam praktik keagamaannya. Pemeluk aliran ini diharapkan untuk membantu orang lain dan mendorong masyarakat untuk mencapai kebahagiaan. Upaya seperti penyediaan bantuan kemanusiaan dan pembangunan masyarakat adalah beberapa bentuk kegiatan sosial yang dilakukan oleh pemeluk aliran Mahayana.

Secara keseluruhan, aliran Mahayana menjadi kaya dengan praktik keagamaan dan ajaran-ajarannya yang mendalam dan mencakupi berbagai konsep dalam agama Buddha. Dengan penekanan pada konsep Boddhisattva dan Sunyata, aliran ini memungkinkan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna hidup dan menjadi sarana untuk membantu orang lain mencapai pencerahan.

Nah, itulah beberapa rahasia aliran dalam agama Buddha yang jarang diketahui. Tentunya, setiap aliran memiliki keunikan dan penghayatan yang berbeda-beda, tapi inti dari agama Buddha adalah menjadi pribadi yang lebih baik dan menghindari penderitaan. Jadi, jangan hanya terpaku pada satu aliran saja, tapi pelajari semuanya supaya bisa lebih memahami ajaran Buddha secara menyeluruh. Kemudian, terapkan dalam kehidupan sehari-hari agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Semoga artikel ini bisa memberikan wawasan baru bagi pembaca dan menjadi motivasi untuk lebih mendalami ajaran agama Buddha.

Yuk, terus belajar dan berlatih menjadi manusia yang lebih baik!