Selain Shinto dan Buddhisme, Jepang memiliki ragam agama yang mungkin belum banyak kita ketahui. Satu di antaranya adalah agama Mayoitas, yang menjadi sorotan baru-baru ini di media sosial. Agama yang dibantu sejumlah bahasa dan budaya di seluruh dunia ini mencoba memberikan solusi bagi para pengikutnya untuk meraih kehidupan yang lebih baik di dunia nyata. Ingin tahu lebih jauh tentang agama Mayoitas? Yuk, simak ulasannya di bawah ini!
Mayoritas Agama di Jepang
Jepang dikenal sebagai salah satu negara maju di dunia, namun agama di Jepang sangat berbeda dengan negara-negara maju lainnya. Jepang memiliki mayoritas agama yang unik, yaitu Shinto dan Buddha. Namun, agama Kristen juga ada dan memainkan peran dalam kehidupan masyarakat Jepang saat ini.
Sejarah Agama di Jepang
Agama asli Jepang adalah Shinto, sebuah agama animisme yang menyembah roh dan dewa-dewa alam. Agama Shinto berkembang sejak ribuan tahun yang lalu, dan masih banyak pengikutnya hingga saat ini. Pada abad ke-6, agama Buddha dibawa ke Jepang oleh biksu dari Korea. Agama Buddha dengan cepat diterima oleh masyarakat Jepang, dan berkembang menjadi agama kedua terbesar di negara tersebut. Pada abad ke-16, agama Kristen dibawa oleh pedagang Portugis yang memulai perdagangan di Jepang. Namun, agama Kristen tidak banyak berkembang dan hanya memiliki pengikut minoritas di Jepang.
Shinto
Shinto berasal dari kata “shin” yang berarti roh atau dewa, dan “to” yang berarti jalan atau cara. Agama ini memiliki keyakinan tentang roh dan dewa yang ada di alam, seperti gunung, sungai, atau pohon. Shinto tidak memiliki kitab suci, namun lebih menekankan pada ritual dan tradisi, seperti upacara pernikahan, upacara kelahiran, dan upacara kematian. Shinto juga dikaitkan dengan negara, karena keluarga kekaisaran Jepang dianggap keturunan dari dewa.
Buddhisme
Buddhisme masuk ke Jepang pada abad ke-6, dan dengan cepat diterima oleh masyarakat. Buddhisme memiliki beberapa aliran, seperti Zen, Teravada, atau Mahayana. Buddhisme di Jepang memiliki pengaruh besar dalam seni, filosofi, dan budaya. Buddhisme sering dihubungkan dengan tempat suci seperti kuil dan pagoda, dan sering digunakan untuk meditasi dan kesadaran diri.
Kristen
Kristen merupakan agama minoritas di Jepang, namun masih memiliki pengikut yang setia. Agama Kristen masuk ke Jepang pada abad ke-16, namun dihentikan pada abad ke-17 oleh pemerintah Jepang karena dianggap sebagai ancaman bagi stabilitas negara. Pada abad ke-19, agama Kristen dibuka kembali, dan sampai saat ini masih memiliki pengikut di Jepang. Gereja Kristen dapat ditemukan di kota-kota besar, serta di kota-kota kecil yang terpencil di Jepang.
Kesimpulan
Mayoritas agama di Jepang adalah Shinto dan Buddha, namun agama Kristen juga ada dan diterima oleh masyarakat Jepang. Setiap agama memiliki tradisi, keyakinan, dan praktik yang unik, dan semuanya memiliki pengaruh besar dalam seni, budaya, dan kehidupan masyarakat Jepang. Meskipun agama di Jepang berbeda dengan negara-negara maju lainnya, semua agama tersebut memberikan kontribusi yang penting bagi keberagaman Jepang.
Mayoritas Agama di Jepang
Presentase Agama di Jepang
Di Jepang, agama tidak dimasukkan dalam sensus penduduk. Meskipun demikian, menyebutkan agama yang dianut pada formulir sensus kependudukan terbaru pada tahun 2020 menjadi opsional untuk pertama kalinya. Hal tersebut menunjukkan beragamnya agama yang dianut oleh masyarakat Jepang. Menurut survei yang dilakukan oleh Japan Religion (JREL), didapatkan hasil bahwa 70.4% orang dewasa di Jepang tidak terikat dengan agama apapun, sedangkan 29.6 % orang dewasa terikat dengan agama.
Mayoritas Agama di Jepang: Tidak Ada Agama Mayoritas
Tidak seperti negara-negara lain yang memiliki agama mayoritas, Jepang tidak memiliki agama yang terlihat menjadi mayoritas. Hal ini menjadi ciri khas dari kehidupan masyarakat di Jepang yang sangat pluralis dalam beragama. Pada umumnya, agama Buddha dan Shinto merupakan agama yang paling banyak dianut oleh masyarakat Jepang, namun tidak dapat dikatakan sebagai agama mayoritas karena persentasenya tidak mencapai separuh dari total penduduk Jepang.
Data tentang Agama Buddha, Shinto, Kristen, Islam, dan Lain-lain
Agama Buddha diperkirakan dianut oleh sekitar 70% penduduk Jepang, sedangkan Shinto dianut oleh sekitar 80% orang di Jepang. Agama Kristen juga cukup banyak pengikutnya di Jepang meskipun tidak mencapai separuh dari total penduduk. Sedangkan agama Islam, hanya memiliki sekitar 100 ribu penganut di Jepang. Agama lain yang dianut oleh masyarakat Jepang adalah Taoisme dan Konfusianisme.
Secara umum, masyarakat Jepang menghargai keberagaman agama dan memiliki sikap toleransi yang tinggi. Oleh karena itu, konflik antar agama di Jepang sangat jarang terjadi dan masyarakat dapat hidup damai walau berbeda agama.
Perhatian terhadap masalah agama juga tercermin dalam upaya pelestarian masa lalu. Salah satu contohnya adalah Kuil Todaiji di Nara, yang merupakan kuil Buddha terbesar di Jepang, yang telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Begitu juga dengan kuil-kuil Shinto yang tersebar di seluruh penjuru negeri, yang menjadi bagian dari sejarah dan identitas masyarakat Jepang.
Dapat disimpulkan bahwa meskipun mayoritas agama di Jepang adalah agama Buddha dan Shinto, namun Jepang masih menjadi negara yang sangat pluralis dalam beragama dan menghargai keberagaman tersebut. Hal ini menjadi kekuatan dalam memajukan negara, karena masyarakat dapat hidup bersatu walau berbeda agama.
Mayoritas Agama di Jepang
Mayoritas penduduk di Jepang dipercayai tidak mempunyai agama formal. Data dari Kementerian Urusan Dalam Negeri dan Komunikasi menyebutkan bahwa sekitar 79% dari total penduduk Jepang tidak mengikuti agama tertentu. Meskipun begitu, agama seperti Shintoisme dan Buddhisme masih sangat kuat di Jepang, dan mereka mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap budaya Jepang.
Pengaruh Budaya pada Agama di Jepang
Budaya di Jepang memainkan peranan penting dalam pengaruh agama. Shinto dan Buddhisme adalah agama yang paling banyak dipraktikkan di Jepang, dan keduanya sangat terkait dengan budaya Jepang. Misalnya, Shinto merupakan agama asli di Jepang dan sangat berkaitan dengan kepercayaan pada roh-roh leluhur dan kekuatan alam. Hal ini tercermin dalam festival dan upacara adat yang dirayakan di seluruh negara.
Di samping itu, Buddhisme memainkan peranan penting dalam praktik upacara pemakaman dan penghormatan kepada orang yang meninggal. Praktik ini dipengaruhi oleh konsep Budhis seperti reinkarnasi dan siklus hidup dan mati. Pemakaman Jepang masih dianggap sebagai prosesi utama yang harus ditangani secara serius, dan kepercayaan ini sangat mempengaruhi praktik tradisional dan budaya di Jepang.
Pengaruh Agama pada Budaya di Jepang
Selain pengaruh budaya pada agama, agama juga mempengaruhi budaya di Jepang. Shinto dan Buddhisme, sebagai agama mayoritas di Jepang, telah mempengaruhi budaya dan tradisi yang ada di negeri ini. Misalnya, perayaan Festival Obon terinspirasi dari Buddhisme dan merupakan perayaan untuk mengenang orang yang sudah meninggal.
Di Jepang, tradisi dan agama sangat erat berkaitan. Misalnya, saat perayaan Tahun Baru, orang Jepang melaksanakan upacara hatsumode, yaitu kunjungan ke kuil atau kuil Shinto untuk memohon keselamatan, keberuntungan dan kesejahteraan di tahun baru. Selain itu, berbagai hajat yang menunjukkan kepercayaan pada tradisi dan kebudayaan juga dilakukan seperti mendirikan kuil Shinto di dalam rumah, dan pengecatan prasasti keagamaan buddhisme di luar rumah.
Dalam kesimpulannya, agama mayoritas di Jepang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai-nilai dan praktik budaya di Jepang. Meskipun begitu, Jepang masih mempunyai banyak orang yang tidak terikat dengan keyakinan agama resmi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun agama memainkan peranan penting dalam kebudayaan Jepang, negara ini masih mempunyai masyarakat yang sangat beragam dan terbuka pada berbagai kepercayaan dan budaya.
Mayoritas Agama di Jepang
Jepang dikenal sebagai negara yang sangat homogen dalam berbagai aspek, termasuk dalam hal keagamaan. Mayoritas penduduk Jepang mengidentifikasi diri sebagai pengikut Buddhisme dan Shinto, dua agama yang tumbuh dan berkembang di Jepang sejak zaman kuno. Menurut data pemerintah Jepang, sekitar 70 persen penduduk Jepang mengidentifikasi dirinya sebagai pengikut Buddha, sedangkan 70 persen lainnya mengaku mengikuti tradisi Shinto. Namun, ada juga sedikit populasi Kristen, Muslim, dan Hindu di Jepang, sebagian besar dari mereka adalah orang asing yang datang untuk bekerja atau belajar di negara tersebut.
Toleransi Agama di Jepang
Jepang dikenal sebagai negara yang sangat terbuka dan toleran dalam hubungan antara agama dan masyarakat. Tingkat toleransi agama di Jepang merupkan bagian penting dalam budaya masyarakat Jepang. Saling menghormati antaragama dihargai sebagai nilai yang sangat dijunjung tinggi di Jepang. Terdapat beberapa alasan mengapa toleransi agama sangat tinggi di Jepang, salah satunya karena mayoritas masyarakat Jepang mengikuti dua agama, sehingga kelompok agama lain tidak menjadi ancaman bagi masyarakat setempat. Selain itu, Jepang juga memiliki budaya yang sangat individualistis, di mana setiap orang cenderung lebih fokus pada kepentingan pribadi dan keluarganya daripada identitas agama mereka.
Tingkat toleransi agama di Jepang
Tingkat toleransi agama di Jepang dianggap sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Meskipun mayoritas penduduk Jepang mengidentifikasi diri sebagai pengikut Buddhisme dan Shinto, mereka sangat terbuka terhadap agama lain dan tidak mengekang orang lain dalam menjalankan kepercayaannya. Masyarakat Jepang tidak memiliki pendapat negative terhadap agama asing dan umumnya bersikap toleran terhadap kesenjangan agama yang ada di masyarakat.
Diskriminasi dan perlakuan tidak adil pada penganut agama tertentu
Meskipun Jepang dikenal sebagai negara yang toleran terhadap agama, ada beberapa kasus diskriminasi dan perlakuan tidak adil yang dialami oleh penganut agama tertentu, terutama oleh beberapa kelompok minoritas seperti penganut Muslim dan Kristen. Beberapa kasus perlakuan diskriminatif terjadi dalam perekrutan kerja, pembukaan bisnis, dan pencarian tempat tinggal. Namun, pemerintah Jepang telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti memberikan perlindungan hukum dan pembentukan undang-undang yang bertujuan untuk menjaga hak minoritas agama di Jepang.
Pandangan masyarakat Jepang terhadap agama asing
Jika dilihat dari pandangan masyarakat Jepang terhadap agama asing, sebagian besar dari mereka merasa agak skeptis dan mungkin kurang familiar dengan agama yang tidak umum di negara mereka. Sebagian besar masyarakat Jepang berpikir bahwa agama bukanlah bagian utama dari identitas mereka dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi atau keluarganya. Namun, masyarakat Jepang tetap menghormati keberagaman agama yang ada di negaranya dan memberikan toleransi yang tinggi terhadap agama asing yang dijalankan oleh warga asing di Jepang.
Yaudah, itu dia mayoi agama-agama di Jepang yang udah pasti belum kamu tahu. Yuk, coba explore lebih banyak lagi tentang keunikan dan keberagaman budaya di Jepang!
Kuy, cari tau lebih banyak tentang agama-agama yang beda di dunia sana, siapa tahu ada banyak lagi keunikan yang belum kamu ketahui!